Klaim mengejutkan dikeluarkan peneliti ‘Noah’s Ark Ministries
International (NAMI)’ dari China dan Turki. NAMI merupakan anak
perusahaan Media Evangelism Limited yang berbasis di Hong Kong yang
didirikan pada tahun 1989 untuk menerbitkan multimedia untuk para
penginjil. Mereka mengaku menemukan Bahtera Nabi Nuh yang digunakan
untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya (hewan) dari
bencana banjir bah yang menenggelamkan sebagian dari daratan Bumi,
ribuan tahun yang silam. Sisa-sisa Bahtera Nuh ditemukan berada di
ketinggian 4.000 meter di Gunung Ararat, di Turki Timur.
Namun kritikus mengatakan penemuan itu tidak benar. Bahkan beberapa
fundamentalis Kristen terkemuka, seperti Dr. Randall Price (Kepala Studi
Yudaisme di Liberty University, Virginia, Amerika Serikat) meragukan
temuan terbaru. Dua tahun lalu Price pernah menjadi anggota tim Noah’s
Ark Ministries International. Dia keluar dari proyek tersebut karena
merasa ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari proyek dengan
menjadikan proses pencarian Bahtera Nuh sebagai industri pariwisata.
Dalam email yang dikirim untuk para pendukungnya, Dr Randall Price
menegaskan struktur adalah tipuan yang dilakukan oleh pemandu Kurdi dan
mitranya untuk memeras uang dari orang-orang Kristen Evangelis Cina.
“Aku adalah arkeolog yang bersama dengan ekspedisi Cina di musim panas
2008 dan telah diberi foto dari apa yang mereka sekarang laporkan
merupakan bagian dari bahtera”, tulis dia dalam pesannya tanggal 26
April. “Aku dan mitraku menginvestasikan $ 100,000 dalam ekspedisi ini
(diuraikan di bawah) yang mana mereka sudah menahan, disamping janji
mereka dan permintaan kami untuk mengembalikan uang itu, sejak uang itu
tidak digunakan untuk ekspedisi tsb. Informasi yang diberikan di bawah
ini adalah pendapat saya berdasarkan apa yang saya lihat dan dengar
(dari orang lain yang mengklaim telah menjadi saksi mata atau tahu
persis rincian peristiwanya). Ringkasnya: apa yang telah dilaporkan
semuanya adalah palsu. Foto-foto yang konon telah diambil dari lokasi
dekat Laut Hitam, tetapi rekaman film orang Cina sekarang telah direkam
di lokasi di Gunung Ararat. Pada akhir musim panas tahun 2008 sepuluh
pekerja Kurdi disewa oleh Parasut, pemandu yang digunakan oleh orang
Cina, mengatakan telah ditanam balok kayu besar yang diambil dari sebuah
struktur tua di kawasan Laut Hitam.
Dr. John Morris, arkeolog kawakan Institute for Creation Research,
juga menuding penemuan tersebut sebagai suatu kebohongan. Morris telah
memimpin 13 ekspedisi ke Gunung Ararat untuk mencari bahtera yang
disebut dalam kitab suci. Dia mengetahui dengan pasti lokasi di Ararat,
dan menyebut penemuan para peneliti China tersebut merupakan penipuan.
JP Lewis dalam Nuh dan Air Bah: Dalam Yahudi, Kristen, dan Tradisi
Muslim, The Biblical Archaeologist, Desember 1984, hal. 237 mengatakan
bahwa pada abad ke-9 ahli geografi Arab, Ibnu Khordadbih
mengidentifikasi lokasi gunung sebagai Bukit Judi di tanah Kurdistan.
Ahli geografi dan ensiklopedia Yaqut al-Hamawi (1179-1229), yang juga
dikenal dengan sebutan Al-Rumi, meletakkan gunung di atas Jazirat ibn
Umar, di sebelah timur Sungai Tigris dan menyebutkan sebuah masjid yang
dibangun oleh Nuh yang dapat dilihat dalam buku hariannya. Hal senada
diungkapkan pula oleh Ibn Battuta dalam perjalanannya melewati gunung
tsb di abad ke-14. Ensiklopedi Wikipedia menyebutkan bahwa gambaran
tentang geografi abad pertengahan oleh Yaqut al-Hamawi sama persis
ketinggiannya (2089 m) yang di zaman modern ini disebut sebagai Jabal
Judi atau Dagh Judi oleh Muslim dan sebagai qardu oleh Kristen dan
Yahudi, terletak di utara Silopi . Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al
Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menekankan bahwa Bukit Judi
berada di daerah jazirah dekat al Maushul. Didalam al Bidayah wa an
Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Bukit Judi adalah bukit besar
yang berada di sebelah timur Jazirah Ibnu Umar (sekarang bernama Cizre)
hingga ke Sungai Dajlah (S. Tigris), berada di pinggiran al Maushul.
Panjang bukit itu dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari
perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan.
Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu)
yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa Ats-Tsamanin
sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang
berada di dalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga
menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang
menyebutkannya.
Kalau benar demikian apa yang dikatakan oleh sejarawan dan ahli
tafsir, maka Bukit Judi yang dimaksud oleh Al-Qur’an adalah apa yang
dikenal sebagai Cudi Dagi. Kata Cudi sendiri dikatakan oleh orang lokal
Turki yang berdiam di daerah sekitar bukit tsb dengan sebutan Judi. Dan
yang patut pula dicatat bahwa Cudi dan Al-Judi memiliki arti yang sama,
yaitu tinggi. Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan, dimanakah tempat
berlabuh Bahtera Nuh yang sesungguhnya? Apakah Bukit Judi atau
Pegunungan Ararat?
Dari berbagai ekspedisi pencarian Bahtera Nuh yang dilakukan di
Pegunungan Ararat (sebelum ekspedisi Tim NAMI), dalam hal ini adalah
Mount Ararat dekat perbatasan Armenia, maka hasilnya boleh dikata adalah
nol besar! alias nihil! Lho, mengapa bisa demikian? Seperti yang
dikatakan Bill Crouse dalam buku The Explorer of Ararat (1984-2009)
{dapat didonlot disini}, bahwa dari segi geologi dan kesaksian dari para
saksi mata, maka mustahil Bahtera Nuh berlabuh di Mt. Ararat! Bill
Crouse mengatakan “Bukankah Ararat terbentuk setelah banjir besar? Para
ahli geologi mengatakan bahwa Mt. Ararat merupakan sebuah kompleks
gunung berapi yang baru muncul akhir-akhir ini dalam sejarah bumi!
Selain itu, seperti yang dikatakan Clifford Burdick bahwa jika bahtera
mendarat di Ararat, maka harus ada bukti terjadinya banjir, seperti
pengendapan fosil, proses sedimentasi oleh air, dll. Namun hal tsb tidak
ditemukan di Ararat!
Penjelasan mencengangkan bahwa Bahtera Nuh mendarat di Bukit Judi
dekat Situs Durupinar diberikan oleh David Allen Deal lewat bukunya
berjudul “The Day Behemoth & Leviathan Died”. Berikut ringkasannya:
“Penemuan struktur bahtera (ark-mold/hull-mold/ship-mold) datang pada
tahun 1948 oleh seorang gembala dari desa Uzengili, bernama Reshit
Sarihan setelah serangkaian gempa bumi causedthe di sekitar aliran medan
lumpur. Gempa bumi menyebabkan lambung-cetakan Bahtera Nuh muncul untuk
bangkit dari tanah. Hal ini telah dilaporkan dengan baik dalam buku
Dave Fasold, The Ark of Noah, yang diterbitkan pada tahun 1988 oleh
Wynwood Press, NY, dan sebelumnya merupakan isu hangat dalam edisi
September 1960 di Majalah Life dan Juli 1960 oleh majalah PIX dari
Australia. Di ketinggian 1.200 kaki dan satu mil ke timur, terletak apa
yang dinamakan oleh penduduk lokal (Kurdi) sebagai “Judi Da” (yang
berarti Gunung Kurdi), yang mana merupakan letak Bahtera Nuh yang asli
berlabuh. Desa Uzengili sendiri dulunya bernama ‘Nasar’ dan kemungkinan
nama ini ada hubungannya dengan ‘Nisir’ yang merupakan nama lain dari
Judi Dagh (Bukit Judi) untuk orang ‘Babel’ (tempat Nabi Nuh diutus oleh
Tuhan).
Hal ini sejalan dengan bunyi QS 11:44 : Dan difirmankan: “Hai bumi
telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun
disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas
bukit Judi
…
…
Sejumlah ilmuwan Amerika yang dipimpin oleh David Fasold (atheis) dan
ilmuwan Turki (muslim) telah menemukan fosil kapal berusia lebih
100.000 tahun yang diyakini sebagai bahtera Nuh dalam penggalian di
bukit Judi.15 Fakta ini sesuai dengan informasi Al Quran16 yang
menyatakan bahwa bahtera Nabi Nuh telah berlabuh di bukit Judi selepas
bencana banjir yang menimpa kaumnya. Namun fakta ini membuat para
ilmuwan Kristen geram. Kegeraman pertama diakibatkan mengapa bukan
mereka yang menemukan lebih dahulu fosil tersebut sehingga dapat menutup
informasi tersebut kepada publik. Sedangkan kegelisahan mereka lebih
lanjut, disebabkan Al Quran menunjukkan tempat berlabuhnya bahtera Nuh
lebih akurat dibandingkan informasi Bible dalam Perjanjian Lama. Dalam
Perjanjian Lama Kejadian 8 : 4 dinyatakan bahwa bahtera Nuh telah
berlabuh di atas Gunung Ararat,17 tempat yang terletak 32 km dari Gunung
Judi. Selanjutnya kaum Kristen tetap mengkampanyekan bahwa bahtera Nuh
telah kandas di Gunung Ararat. Sebagai bukti, sebuah citra satelit yang
menunjukkan tonjolan karang berbentuk mirip bagian depan kapal
dinyatakan sebagai perahu Nuh. Namun, bukti ini masih spekulatif dan
perlu dibuktikan. Sebab, kenyataannya, belum pernah ada ilmuwan yang
berhasil meneliti Gunung Ararat yang sepanjang tahun tertutup es.
Sungguh Allah akan memelihara kebenaran dalam Islam dan mengajukan
bukti-bukti kepada kaum yang tidak percaya. Sebagaimana pernyataan Allah
sebagi berikut: “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar