Cari Blog Ini

Jumat, 27 Juli 2012

NUH AS

Klaim mengejutkan dikeluarkan peneliti ‘Noah’s Ark Ministries International (NAMI)’ dari China dan Turki. NAMI merupakan anak perusahaan Media Evangelism Limited yang berbasis di Hong Kong yang didirikan pada tahun 1989 untuk menerbitkan multimedia untuk para penginjil. Mereka mengaku menemukan Bahtera Nabi Nuh yang digunakan untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya (hewan) dari bencana banjir bah yang menenggelamkan sebagian dari daratan Bumi, ribuan tahun yang silam. Sisa-sisa Bahtera Nuh ditemukan berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Ararat, di Turki Timur.
Namun kritikus mengatakan penemuan itu tidak benar. Bahkan beberapa fundamentalis Kristen terkemuka, seperti Dr. Randall Price (Kepala Studi Yudaisme di Liberty University, Virginia, Amerika Serikat) meragukan temuan terbaru. Dua tahun lalu Price pernah menjadi anggota tim Noah’s Ark Ministries International. Dia keluar dari proyek tersebut karena merasa ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari proyek dengan menjadikan proses pencarian Bahtera Nuh sebagai industri pariwisata. Dalam email yang dikirim untuk para pendukungnya, Dr Randall Price menegaskan struktur adalah tipuan yang dilakukan oleh pemandu Kurdi dan mitranya untuk memeras uang dari orang-orang Kristen Evangelis Cina. “Aku adalah arkeolog yang bersama dengan ekspedisi Cina di musim panas 2008 dan telah diberi foto dari apa yang mereka sekarang laporkan merupakan bagian dari bahtera”, tulis dia dalam pesannya tanggal 26 April. “Aku dan mitraku menginvestasikan $ 100,000 dalam ekspedisi ini (diuraikan di bawah) yang mana mereka sudah menahan, disamping janji mereka dan permintaan kami untuk mengembalikan uang itu, sejak uang itu tidak digunakan untuk ekspedisi tsb. Informasi yang diberikan di bawah ini adalah pendapat saya berdasarkan apa yang saya lihat dan dengar (dari orang lain yang mengklaim telah menjadi saksi mata atau tahu persis rincian peristiwanya). Ringkasnya: apa yang telah dilaporkan semuanya adalah palsu. Foto-foto yang konon telah diambil dari lokasi dekat Laut Hitam, tetapi rekaman film orang Cina sekarang telah direkam di lokasi di Gunung Ararat. Pada akhir musim panas tahun 2008 sepuluh pekerja Kurdi disewa oleh Parasut, pemandu yang digunakan oleh orang Cina, mengatakan telah ditanam balok kayu besar yang diambil dari sebuah struktur tua di kawasan Laut Hitam.
Dr. John Morris, arkeolog kawakan Institute for Creation Research, juga menuding penemuan tersebut sebagai suatu kebohongan. Morris telah memimpin 13 ekspedisi ke Gunung Ararat untuk mencari bahtera yang disebut dalam kitab suci. Dia mengetahui dengan pasti lokasi di Ararat, dan menyebut penemuan para peneliti China tersebut merupakan penipuan.
JP Lewis dalam Nuh dan Air Bah: Dalam Yahudi, Kristen, dan Tradisi Muslim, The Biblical Archaeologist, Desember 1984, hal. 237 mengatakan bahwa pada abad ke-9 ahli geografi Arab, Ibnu Khordadbih mengidentifikasi lokasi gunung sebagai Bukit Judi di tanah Kurdistan. Ahli geografi dan ensiklopedia Yaqut al-Hamawi (1179-1229), yang juga dikenal dengan sebutan Al-Rumi, meletakkan gunung di atas Jazirat ibn Umar, di sebelah timur Sungai Tigris dan menyebutkan sebuah masjid yang dibangun oleh Nuh yang dapat dilihat dalam buku hariannya. Hal senada diungkapkan pula oleh Ibn Battuta dalam perjalanannya melewati gunung tsb di abad ke-14. Ensiklopedi Wikipedia menyebutkan bahwa gambaran tentang geografi abad pertengahan oleh Yaqut al-Hamawi sama persis ketinggiannya (2089 m) yang di zaman modern ini disebut sebagai Jabal Judi atau Dagh Judi oleh Muslim dan sebagai qardu oleh Kristen dan Yahudi, terletak di utara Silopi . Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menekankan bahwa Bukit Judi berada di daerah jazirah dekat al Maushul. Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Bukit Judi adalah bukit besar yang berada di sebelah timur Jazirah Ibnu Umar (sekarang bernama Cizre) hingga ke Sungai Dajlah (S. Tigris), berada di pinggiran al Maushul. Panjang bukit itu dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa Ats-Tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada di dalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.
Kalau benar demikian apa yang dikatakan oleh sejarawan dan ahli tafsir, maka Bukit Judi yang dimaksud oleh Al-Qur’an adalah apa yang dikenal sebagai Cudi Dagi. Kata Cudi sendiri dikatakan oleh orang lokal Turki yang berdiam di daerah sekitar bukit tsb dengan sebutan Judi. Dan yang patut pula dicatat bahwa Cudi dan Al-Judi memiliki arti yang sama, yaitu tinggi. Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan, dimanakah tempat berlabuh Bahtera Nuh yang sesungguhnya? Apakah Bukit Judi atau Pegunungan Ararat?
Dari berbagai ekspedisi pencarian Bahtera Nuh yang dilakukan di Pegunungan Ararat (sebelum ekspedisi Tim NAMI), dalam hal ini adalah Mount Ararat dekat perbatasan Armenia, maka hasilnya boleh dikata adalah nol besar! alias nihil! Lho, mengapa bisa demikian? Seperti yang dikatakan Bill Crouse dalam buku The Explorer of Ararat (1984-2009) {dapat didonlot disini}, bahwa dari segi geologi dan kesaksian dari para saksi mata, maka mustahil Bahtera Nuh berlabuh di Mt. Ararat! Bill Crouse mengatakan “Bukankah Ararat terbentuk setelah banjir besar? Para ahli geologi mengatakan bahwa Mt. Ararat merupakan sebuah kompleks gunung berapi yang baru muncul akhir-akhir ini dalam sejarah bumi! Selain itu, seperti yang dikatakan Clifford Burdick bahwa jika bahtera mendarat di Ararat, maka harus ada bukti terjadinya banjir, seperti pengendapan fosil, proses sedimentasi oleh air, dll. Namun hal tsb tidak ditemukan di Ararat!
Penjelasan mencengangkan bahwa Bahtera Nuh mendarat di Bukit Judi dekat Situs Durupinar diberikan oleh David Allen Deal lewat bukunya berjudul “The Day Behemoth & Leviathan Died”. Berikut ringkasannya: “Penemuan struktur bahtera (ark-mold/hull-mold/ship-mold) datang pada tahun 1948 oleh seorang gembala dari desa Uzengili, bernama Reshit Sarihan setelah serangkaian gempa bumi causedthe di sekitar aliran medan lumpur. Gempa bumi menyebabkan lambung-cetakan Bahtera Nuh muncul untuk bangkit dari tanah. Hal ini telah dilaporkan dengan baik dalam buku Dave Fasold, The Ark of Noah, yang diterbitkan pada tahun 1988 oleh Wynwood Press, NY, dan sebelumnya merupakan isu hangat dalam edisi September 1960 di Majalah Life dan Juli 1960 oleh majalah PIX dari Australia. Di ketinggian 1.200 kaki dan satu mil ke timur, terletak apa yang dinamakan oleh penduduk lokal (Kurdi) sebagai “Judi Da” (yang berarti Gunung Kurdi), yang mana merupakan letak Bahtera Nuh yang asli berlabuh. Desa Uzengili sendiri dulunya bernama ‘Nasar’ dan kemungkinan nama ini ada hubungannya dengan ‘Nisir’ yang merupakan nama lain dari Judi Dagh (Bukit Judi) untuk orang ‘Babel’ (tempat Nabi Nuh diutus oleh Tuhan).
Hal ini sejalan dengan bunyi QS 11:44 : Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi
Sejumlah ilmuwan Amerika yang dipimpin oleh David Fasold (atheis) dan ilmuwan Turki (muslim) telah menemukan fosil kapal berusia lebih 100.000 tahun yang diyakini sebagai bahtera Nuh dalam penggalian di bukit Judi.15 Fakta ini sesuai dengan informasi Al Quran16 yang menyatakan bahwa bahtera Nabi Nuh telah berlabuh di bukit Judi selepas bencana banjir yang menimpa kaumnya. Namun fakta ini membuat para ilmuwan Kristen geram. Kegeraman pertama diakibatkan mengapa bukan mereka yang menemukan lebih dahulu fosil tersebut sehingga dapat menutup informasi tersebut kepada publik. Sedangkan kegelisahan mereka lebih lanjut, disebabkan Al Quran menunjukkan tempat berlabuhnya bahtera Nuh lebih akurat dibandingkan informasi Bible dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama Kejadian 8 : 4 dinyatakan bahwa bahtera Nuh telah berlabuh di atas Gunung Ararat,17 tempat yang terletak 32 km dari Gunung Judi. Selanjutnya kaum Kristen tetap mengkampanyekan bahwa bahtera Nuh telah kandas di Gunung Ararat. Sebagai bukti, sebuah citra satelit yang menunjukkan tonjolan karang berbentuk mirip bagian depan kapal dinyatakan sebagai perahu Nuh. Namun, bukti ini masih spekulatif dan perlu dibuktikan. Sebab, kenyataannya, belum pernah ada ilmuwan yang berhasil meneliti Gunung Ararat yang sepanjang tahun tertutup es.
Sungguh Allah akan memelihara kebenaran dalam Islam dan mengajukan bukti-bukti kepada kaum yang tidak percaya. Sebagaimana pernyataan Allah sebagi berikut: “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar