kata sejarah secara harafiah
berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun)
yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut
tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam
bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti
ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte
yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa,
asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu
terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah
sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa
Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal
gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan
dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah
menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting
dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah
ini dengan membuat periodisasi.
Pengertian
menurut para ahli
- J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari apa yang
telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
- W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada
pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi
tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal
yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
- Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari
apa yang telah diperbuat oleh manusia.
- Roeslan Abdulgani
Ilmu sejarah adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta
kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh
hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa
depan.
- Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat
dibuktikan dengan bahan kenyataan.
- Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah didefinisikan sebagai
catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi
pada watak/sifat masyarakat itu.
- Moh. Ali
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar
Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
- Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
- Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
- Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.[3]
Dari beberapa uraian di atas dibuat
kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau
dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
- Peristiwa yang abadi
Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah
dan tetap dikenang sepanjang masa.
- Peristiwa yang unik
Peristiwa sejarah hanya terjadi satu
kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya.
- Peristiwa yang penting
Peristiwa sejarah mempunyai arti
dalam menentukan kehidupan orang banyak.
]
Klasifikasi
Karena lingkup sejarah sangat besar,
perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis
seperti H.G. Wells, Will
Durant, dan Ariel
Durant menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan
memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah
informasi dalam sejarah, antara lain:
- Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
- Berdasarkan wilayah (geografis).
- Berdasarkan negara (nasional).
- Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
- Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus
diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan
temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka
sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak
Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari
fakta-fakta sosiologis.
Banyak orang yang mengkritik ilmu
sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak
ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor
"dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang
sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu.
Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah
mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi
sekali untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu
sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.
[Catatan
sejarah
Sebuah sketsa dari Perpustakaan
Alexandria pada masa lalu
Ahli sejarah mendapatkan informasi
mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau
dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta
dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan",
atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber
utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar
lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan
untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang hendak diteliti
atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang
menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif
(misalnya: keperluan sensus, catatan pajak,
dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada
pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan,
kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya
surat-menyurat), dan hiburan.
Namun dalam penulisan sejarah,
sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut dengan kritik sumber.
Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik
ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia
menulis karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni
dengan melihat validisasi
bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat
dilihat secara fisik. Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi
sumber tersebut, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
Wawancara juga dipakai sebagai
sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis baik dalam pemilahan
narasumber
sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan.
Sejarah
dan prasejarah
>> Neolitikum: peradaban
>> Timur Dekat | India • Eropa • China • Korea
>> Keruntuhan Zaman Perunggu
• Timur
Dekat Kuno • India • Eropa • China • Jepang • Korea • Nigeria
|
Sejarah
|
|
lihat pula: Modernitas, Futurologi
|
Dulu, penelitian tentang sejarah
terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan.
Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu
pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi
sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial
lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru
tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah
cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena
penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah
istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah
"prasejarah" digunakan untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan
yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.
Pada abad ke-20, pemisahan antara
sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba
meneliti lebih dari sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan.
Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah
ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di
samping itu, ahli prasejarah seperti Vere
Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak
kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup
sejarah (dan bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik
karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus.
Akhirnya, secara perlahan-lahan
selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah
sebagian besar telah dihilangkan.
Sekarang, tidak ada yang tahu pasti
kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang
mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah
hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu
pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah
Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk
mengetahui tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau (misalnya: sejarah
penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber
yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar