Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Masa Berburu dan Mengumpulkan makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun
A. Kebudayaan & Alat Yang Dipergunakan
Dalam kehidupannya dan perburuan serta pengumpulan makanan, para manusia purba masa berburu dan mengumpulkan makanan menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu, tulang, duri ikan, dan tanduk.Alat-alat tersebut masih berbentuk sangat sederhana. Mereka dibentuk dengan membenturkan batu ke batu lain untuk mendapat hasil yang kurang lebih diinginkan oleh para manusia tersebut tanpa dihaluskan terlebih dahulu. Oleh karena itu, permukaan dan bentuk dari alat-alat ini masih kasar. Peninggalan kebudayaan pada masa ini banyak ditemukan dari daerah Pacitan, Jawa Timur dan Ngandong.
Contoh dari alat-alat yang digunakan pada masa ini adalah :
Kapak Genggam (Hand Axe) untuk menggali, memotong, dan menguliti bintang
Kapak Perimbas (Chopper) untuk merimbas kayu, pemecah tulang, dan senjata
Flake (Alat serpih) untuk mengiris daging dan memotong umbi
Flake ada dua bagian, yaitu bagian yang kerucut menonjol (Bulbus) atau yang lebar dan rata (Striking Plattform).
Flake
Jenis Flake :
i. Gurdi (untuk memotong)
ii. Pisau (untuk memotong)
iii. Tombak (untuk menombak).
Alat-alat yang terbuat dari tulang dan tanduk, seperti ujung tombak, ala pengorek ubi, serta tanduk menjangan
B. Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan ini, dihuni oleh manusia-manusia purba jenis pithecanthropus dan homo. Yang dominan hidup pada masa ini adalah :
- Pithecanthropus Erectus
- Homo Erectus
- Homo Soloensis
- Homo Wajakensis
C. Corak Kehidupan Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada tahap berburu dan mengumpulkan makanan ini, para manusia purba tidak hidup secara menetap pada satu tempat secara permanen, melainkan secara nomaden (Tidak menetap di satu tempat), karena mereka mengandalkan alam sepenuhnya untuk persediaan makanan, mereka akan mencari bahan makanan di tempat baru setelah di tempat yang lama telah habis pesediaan makanannya. Walau begitu, mereka tidak sepenuhnya nomaden, karena mereka masih tinggal sementara di suatu tempat tertentu, sehinga disebut seminomaden
Para manusia purba tersebut tinggal di kawasan yang berupa padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil di sekitarnya, dekat dengan sumber air, danau, dan rawa. Di kawasan itu, mereka tinggal pada gua-gua yang ada, karena gua-gua tersebut terbilang aman dari serangan musuh dan binatang buas dan siap pakai tanpa harus dibuat lagi. Gua yang mereka tinggali bisa berupa gua alam (cave) atau gua payung bukit karang (abris sous roche). Mereka menggunakan gua sebagai pangkalan / markas, mereka pergi mencari makanan pada pagi hari dan pulang ke gua mereka pada saat hari sudah sore. Besoknya mereka pergi mencari makanan lagi, tapi ke arah berbeda dari yang mereka tempuh pada hari sebelumnya.
Makanan yang biasanya dicari dan dimakan oleh para manusia purba meliputi tumbuhan-tumbahan, buah-buahan, biji-bijian, dan akar-akaran yang ditemukan oleh mereka, dan daging hewan-hewan seperti rusa, kerbau, banteng, tapir, monyet, gajah, dan kuda nil. Awalnya daging hewan ini dimakan mentah-mentah, karena api belum ditemukan. Sesudah api ditemukan, daging mulai dibakar dengan dimasukkan langsung ke api untuk melunakkan serat daging tersebut, sehingga lebih mudah dimakan dan dicerna oleh manusia purba
Dalam kehidupannya sehari-hari, para manusia purba membentuk kelompok berburu dan pengumpul makanan yang tersusun dalam satu keluarga. Jumlah orang yang terdapat dalam satu kelompok berburu dan pengumpul 10 – 20 orang per kelompok berburu. Laki-laki yang lebih kuat ditugaskan untuk berburu hewan–hewan besar dan buas, karena pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi. Dan perempuan hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya, serta mengurus anak.
Manfaat manusia purba membentuk kelompok-kelompok berburu dan mengumpulkan makanan ini diantara lain adalah untuk mengefektifkan dalam:
- Menghadapi serangan musuh bersama
- Berburu dan meramu bersama
- Menghadapi serangan binatang buas, sehingga bisa dihadapi bersama
- Menghadapi bencana alam bila terjadi
- Mobilitas/kecepatan pergerakan kelompok dari satu tempat tingal ke tempat yang lain
Manusia purba pada masa berburur dan mengumpulkan makanan ini belum mengenal apa yang disebut dengan kepercayaan.
sumber:
Wuryantoro, Edhie. 1997. Sejarah nasional dan Umum. Jakarta : Balai Pustaka
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
1) Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan tenpaksa menyesuaikan din dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimuri, umbi-umibian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
2) Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian Barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
3) Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Law Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekait dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak gengga Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumater Utara, yaitu di LhokSeumawe, Binjai, dan Tamiang..
4) Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dat sebagainya. Mereka membuat lukisan lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.